Minggu, 12 April 2009

ANALISIS HARGA KARET ALAM

Harga karet alam sering berfluktuasi, penyebabnya bermacam-macam dan tidak sama setiap kejadian. Sering pula kita mendengan statemen dari berbagai pihak, sepertinya benar, tetapi bisa menyesatkan

Oleh : Dasril Daniel, Jambi, 12 April 2009

Seorang pengusaha untuk berinvestasi, akan selalu melakukan prakiraan atau ramalan keadaan masa depan dari usaha yang akan dimulainya. Demikian juga dengan orang yang melanjutkan usaha, setiap atahun dan setiap saat melakukan ramalan-ramalan. Demikian juga dengan petani karet yang juga pengusaha setiap saat melakukan ramalan-ramalan, sadar atau tidak sadar. Ramalan yang mereka lakukan tersebut dapat diketahui dengan pertanyaan yang terlontar dari mereka, seperti berapa harga karet dipasar saat ini ? akankah naik harga kerat minggu depan? Dan lain sebagainya.


Sisi Kebutuan dan Produk Substitusi
Ketika karet sintetis belum ditemukan dan digunakan untuk bahan baku industri ban, meramal harga karet relatif sangat mudah, karena parameter yang mempengaruhi harga kerat relatif terbatas, dan kebutuhan terhadap karet setiap tahun meningkat, sejalan produksi mobil dunia yang selalu meningkat. Dapat dipastikan harga karet akan meningkat setiap tahun, karena pertumbuhan produksi karet lebih rendah dengan pertumbuhan konsumsi ban. Kalau ada fluktuatif, hanya pengaruh musim / cuaca serta petani memacu produksi pada waktu-waktu tertentu seperti menjelang puasa atau lebaran, sehingga harga karet sedikit tertekan.

Dengan digunakan karet sintetis (berasal dari minyak bumi) harga karet alam dipengaruhi oleh harga karet sintetis. Harga karet sintetis sendiri sangat dipengaruhi oleh harga minyak bumi atau harga bahan bakar. Ketika itu harga karet alam tidak setiap tahun meningkat, malah ada yang bisa terjun bebas.

Harga minyak bumi naik, maka harga karet sintetis akan ikut naik, maka industri ban akan lebih banyak menggunakan karet alam, maka harga karet alam ikutan naik, dan begitu sebaliknya.

Kalau harga minyak bumi naik terlalu tinggi, sehingga biaya produksi menjadi tinggi, dan harga mobil baru menjadi menjadi lebih tinggi, permintaan terhadap mobil baru berkurang, kebutuhan terhada ban berkurang (satu mobil baru membutuhkan minimal 5 ban baru ditambah beberapa kg komponen karet), sehingga permintaan terhada karet tidak meningkat malah menurun.

Harga bahan bakar yang meningkat tinggi, orang akan mengurangi kendaraan pribadi, dan mengurangi perjalanan, karena kendaraan umum juga menaikan harga sewanya. Ini sangat terasa pada negara maju yang bahan bakarnya tidak disubsidi oleh pemerintah. Dampaknya akan mengurangi kebutuhan terhadap ban dan juga karet alam.

Fluktuatif harga BBM, di Indonesia, tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan ban karena di Indonesia orang kurang rasional dalam berkendaraan, dan BBM di subsidi oleh pemerintah. Dan orang Indonesia kurang senang menggunakan kendaraan umum masal dengan berbagai alasan seperti kurang nyaman, aman, sering mendapat perlakuan kasar dari operator atau demi gengsi.

Harga minyak bumi yang selalu relatif tinggi, lebih memicu peneliti mencari bahan bakar alternatif, maka dikembangkan bahan bakar nabati seperti biodiesel dari minyak sawit, kedele. Bio-etanol atau bio bensin dari jagung, tetes tebu dan sumber karbohidrat lainnya, sehingga harga pangan dengan harga bahan bakar saling pengaruh, dan akan mempengaruhi harga karet.


Harga produk pangan seperti sawit, kelapa, kedele, kacang, jagung, tebu, bit dan lainya sangat dipengaruhi oleh produksi, produksi dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, pemanasan global, iklim jadi kacau, cuaca semakin sulit untuk diramal, maka parameter yang mempengaruhi semakin sulit diramal.

Pada industri besar dan listrik dikembangkan pula sumber energi dari batu bara, maka harga batu bara, secara tidak langsung akan mempengaruhi harga karet alam.

Artinya dari sisi permintaan parameter yang mempengaruhi harga karet alam semakin banyak dan semakin rumit kaitannya, dan semakin sulit meramal harga karet alam.

Dari Sisi Suplai
Produksi karet di pengaruhi oleh berbagai hal terutama di Indonesia.
Produksi karet di Indonesia dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Seperti diketahui tanaman karet berasal dari negara subtropis, maka di negeri asalanya ada musim rontok, di Indonesia juga karetnya menegenal musim rontok kalau di Jambi disebut “MUSIM TREK”. Pada musim rontok ini, produktivitas pohon menurun, dan dengan asumsi harga pasar luar negeri stabil, harga tingkat petani menjadi lebih baik.

Cuaca, juga mempengaruh, pada waktu hujan petani tidak bisa menyadap, karena lateks yang keluar tidak bisa ditampung, karena latek mengencer dan jatuh disekeliling batang, termasuk hujan waktu dinihari, batang masih keadaan basah. Kalau banyak turun hujan, atau pada musim hujan maka produksi karet petani menurun.

Seperti di ketahui produsen karet dunia ada di Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia dan Thailand dengan pola iklim yang hampir sama, maka pada musim hujan suplai berkurang, harga meningkat, tetapi kenaikan harga tidak dinikmati petani karena produksi menurun. Sebaliknya pada iklim baik, masih ada turun hujan produksi akan meningkat. Sebaliknya bila kemarau panjang, pohon karet kekurangan suplai air, produksi juga menurun (kebun karet tidak ada sistem pengairan), dan harga meningkat.

Sekali lagi pemanasan global, iklim tidak menentu, meramal cuaca semakin sulit, tentu meramal produksi karet semakin sulit pula dan begitu juga meramal harga karet.

Kemudian budaya lokal juga mempengaruh produksi karet, seperti menjelang perayaan hari raya keagamaan, produksi di pacu, harga turun.
Kadang kala pada desa tertentu, karena hajatan tertentu, petani tidak menyadap berhari-hari, akan mempengaruhi produksi, karena sifatnya lokal, maka tidak akan mempengaruhi harga secara luas.

Ekspor
Industri/eksportir karet menjual karetnya dengan sistem kontrak jangka pendek, bila suatu industri / eksportir yang kontrak ekspornya hampir jatuh tempo, sedang produksinya belum tersedia, maka mereka akan membeli bahan baku atau bokar, berapa saja dengan harga tinggi jauh diatas wajar/normal, sampai kebutuhannya tercukupi, maka mereka akan membeli karet kemana saja sampai kedesa-desa atau pasar lelang karet yang ada. Maka akan terjadi lonjakan harga karet secara lokal, sporadis dan waktu singkat, tidak normal, kalau dia membeli pada pedagangan pengumpul, ini rezeki nomplok bagi pedangang, tetapi kalau mereka membeli di pasar lelang karet pedesaan ini rezeki nomplok bagi petani, asal dia pergi pasar lelang sesudah itu tidak kacau. Pada pasar lelang karet yang sudah lama berlangsung, ini dianggap rezeki besar semusim saja, dan tidak mengganggu pasar lelang.

Bagi eksportir lebih baik memebeli bahan baku dengan harga yang tinggi, dari pada cacat kontrak, kalau cacat kontrak, bisa kehilangan langganan, dan menimbulkan kerugian berkepanjangan (loss profit)

Perang
Ban dan BBM adalah bagian atau komponen alat persenjataan, maka Departemen pertahanan negara kaya, mempunyai cadangan karet, untuk mengatisipasi terjadinya perang. Ini belajar dari Perang Korea, ketika perang Korea harga karet melambung tinggi.

Tanpa ada ban kedaraan perang tidak bisa digunakan, dan kebutuhan bannya sangat besar. Dan mereka tidak mencadangkan dalam bentuk ban, tetapi dalam bentuk crumb rubber atau RSS. Pada saat-saat tertentu jadangan ini akan dilepas karet alamnya ke pasar untuk penyegaran, sehingga harga karet dunia akan kacau atau anjlok. Karena ini termasuk dalam sistem persenjataan, berapa besarnya stok, berapa besar yang akan dilepas ke pasar, kapa akan dilepas, sesuatu yang dirahasiakan oleh Departemen Keamanan tersebut, sehingga pasar terdadak.

Permainan Spikulan
Dulu pemain di pasar finansial, seperti pasar modal, obligisi, valuta adalah orang / lemabaga tertentu, sedangkan yang bermain di pasar komoditi orang tertentu pula, sekarang pemodal / spikulan yang bermain di pasar finansial, juga bermain di pasar komoditi, sehingga naik turunya harga di pasar komoditi, suka aneh-aneh, karena ada pengaruh dari pasar finansial, ini yang terjadi di harga komoditi tahun 2008, yang harga melambung-lambung tidak karukaruan, dan menjelang tahun 2009 turun pula tidak karukaruan.

Kedaan Harga Karet 2009
Harga karet tahun 2008 meningkat tajam akibat permainan spikilulan, harga minyak bumi yang sangat tinggi, tetapi harga minyak bumi dan BBM sudah turun drastis, tetapi produksi kendaran juga tidak terpacu, juga harga karet tidak begitu membaik. Karena konsumen negara maju, sudah terjebak kredit konsumtif, berapun pendapat akan digunakan untuk membayar kredit. Kemudian timbulnya kesadaran baru pada masyarakat negara maju akan mengurangi kredit konsumtif, dan beralih hidup menabung dan lebih rasional berbelanja.

Stimulus yang dilepaskan berbagai negara maju, akan berpengaruh terhadap harga karet, tetapi tidak serta-merta. Kalau dana stimulus berhasil, akan meningkatkan pendapatan masyarakatnya, tetapi secara berangsur akan meningkatkan konsumsi kendaran dan ban.

Analisis Harga Karet
Harga karet akan selalu berfluktuatif, tetapi penyebab fluktuatif itu tidak akan sama, faktor penyebab utamanya berbeda-beda, dan tidak mudah terbaca karena semakin rumitnya parameter yang mempengaruhi, oleh sebab itu perlu analisis yang mendalam, untuk mecari solusi terbaik bagi petani.

Oleh sebab itu para pakar, kritikus, komentator, birokrat dan LSM, jangan terlalu mudah membuat statement sebelum melakukan kajian yang mendalam, karena akan membuat kisruh pada petani. Karena statement tanpa kajian mendalam akan bias atau bertolak belakan dari kejadi. Sehingga solusinya juga tidak tepat.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Terima kasih infonya...

Anonim mengatakan...

Tolong minta nama2 penjual karet seperti RSS dan Brown beserta alamat dan no telepon yang bisa dihubungi.. Thx