Jumat, 29 Mei 2009

CERITA FIKRI TENTANG PASAR LELANG KARET

Kira-kira satu minggu yang lalu, seorang teman anak saya namanya Fikri, seorang anak desa kost di Jambi, kuliah di Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, bercerita tentang keluarganya. Bapaknya bernama Lukman, S. Pd, berjuang mendapat gelar S1, di UT, karena mengajar di SMA Negeri 2 Tanah Sepenggal Desa Tanah Periuk, Kec Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo, tetapi dia sekarang sudah pensiun. Fikri juga bercerita tentang bundanya, yang petani karet dengan segala dinamikanya, banyak hal yang ia ceritakan tentang perkebunan karet, pada saat ini yang akan saya tulis, cerita Fikri tentang ibunya dan Pasar Lelang Karet.

Ibunya bernama Umi Salmah tinggal di Desa Tanah Periuk, Kec Tanah Sepenggal, Kab Bungo, yang berjarak 1 km dari Pasar Lelang Karet Desa Lubuk Landai, kecamatan yang sama.

Menurut Fikri, ibunya disiplin tentang mutu karet, beliau tidak mau mencampur bekuan karetnya dengan benda asing seperti sampah, tanah dan kain sebagainya, karena hal itu sama dengan menipu, menipu itu haram, besar dosanya, membuat karet kotor itu sama dengan menzalimi orang lain, dengan siapa minta maaf.

Sebelum ada pasar lelang, keluarganya menjual karet tersebut kepada pedagang pengumpul yang ada didesa, baik yang menetap maupun yang datang pada hari menimbang (suatu hari tertentu, sekali dua minggu sesuai kebiasaan petani di Provinsi Jambi), ibunya selalu kecewa karena karena karet bersih yang dihasilkannya dihargai sama dengan karet kotor dihasilkan yang lain, kemudian timbangan waktu transaksi berbeda jauh dari perkirakan. Mau menuntut kepada siapa ketidak adilan tersebut, beralih kepada pedagang mana, semuanya sama saja.

Setelah ada pasar lelang, ibunya selalu menjual kepasar lelang, dan kalau kebetulan libur kuliah, Fikri pulang kampung maka diajak Sang Emak untuk menemani ke Pasar Lelang, disitu Fikri merasakan kebahagiaan emaknya, karena dipasar lelang Emak bisa bertemu dengan teman-teman lain desa untuk bercengkrama sambil menikmati jajanan di sekitar Pasar Lelang. Ibundanya tersebut telah bisa menaksir berapa harga yang akan diterima karena ada harga indikasi yang diterbitkan oleh Dinas Perindag Kabupaten Bungo. Kemudian kebahagian lain datang setelah diumumkan harga penawaran tertinggi, kebahagian itu adalah harga karet emak Fikri sering mendapat harga tertinggi dibanding dari harga karet petani lain, karena karetnya sudah dikenal bersih, konsisten tidak pernah ada yang kotoran atau benda asing, dan homogen, semua lembaran karetnya sama bersihnya. Keteguhan imannya dan kejujuran dalam mengolah karet dihargai pantas, tidak seperti sebelum adanya Pasar Lelang,

Pada awal-awal berdirinya Pasar Lelang, setiap sudah pengumunan hasil lelang Ibu Umi Salmah, bertindak sebagai “PPL Perkebunan” untuk melayani pertanyaan petani lain, mengapa harga karetnya tertinggi ? bagaimanan membuat bahan olah karet yang baik? Bisa terjadi diskusi hangat, ujung-ujungnya berbisnis karet yang jujur.

Fikri mengatakan, petani mengantar karetnya pagi hari dan, penimbangan bisa dilakukan pada sore hari sesuai giliran, kendati lama petani sabar menanti, atau sesudah karet diantar kepasar lelang, petani melanjutkan kegiatan, sedang untuk transaksi dititipa saja kepada tetangga. Petani tidak ragu keamanan karet dipasar lelang dijamin pengurus lelang, waktu penimbangan, dan trasakasi tidak perlu hadir sendiri, bisa diwakilkan kepada tetangga, dokumen (bon timbang) yang dikeluarkan pengurus valid, dan banyak saksi, jadi petani bergantian saja mewakili pada transaksi tidak menjadi masalah.

Keunggulan pasar lelang adalah harga jual jauh lebih tinggi dibanding harga diluar pasar lelang, mutu karet sangat menentukan harga, timbangan jujur, semua pungutan resmi, dibanding dengan perbedaab harga, pungutan yang rendah untuk operasional lelang tidak menjadi masalah.

Mendengar cerita Fikri, saya temenung, pikiran saya menerawang ke Bungo, ingat teman saya yang bernama SUMEDI, petugas lapangan Disperindag Kab Bungo, yang rajin ke desa-desa di kabupaten tersebut, tidak tahu hujan atau terik matahari, honor yang tidak seberapa namun sabar berhadapan dengan petani, “Pahlawan Pasar Lelang Karet” Kab Bungo, entah dimana dia sekarang, sudah lama kami tidak berkomunikasi.

Penerawangan pikiran saya, adalah suatu kendala di Pasar Lelang Karet Pedesaan, kalau vulumenya besar, penimbangan dan trasaksi bisa sampai malam, besar kecilnya volume karet yang dijual petani di pasar lelang tergantung dengan musim yaitu penghujan atau kemarau, banyaknya hari menyadap pada satu periode pasar.

Pasar lelang karet suatu lembaga lembaga pemasaran karet yang memberikan nilai tambah langsung kepada petani, dan dirasakan manfaatnya, sehingga pasar lelang di Provinsi Jambi, semenjak didirikan hampir tidak ada yang tutup, di Desa Panerokan Kabupaten Batanghari dan Bukit Baling, kabupaten Muaro Jambi, sudah berusia 20 tahun.

Lebih tingginya harga di pasar lelang, dibanding dengan pedagang pengumpul karena ada efisiensi yang didapat melalui sistem lelang, teransparan dan adanya persaing fair diantara pedagang yang membeli melalui lelang.

Teringat masa lalu tahun 1989, merintis pertama pasar lelang di Provinsi Jambi, masa sulit karena banyak teman yang sinis dan skeptis tentang konsep pasar lelang karet di pedesaan, namun ada beberapa teman dan pejabat yang berkeyakinan konsep pasar lelang itu adalah konsep yang terbaik untuk meningkatkan pendapatan petani langsung dipedesaa, melalui peningkatan mutu karet, pewajaran harga, efisiensi dan tranparansi pasar.

Dengan merintis pasar lelang karet, saya mondar-mandir masuk desa keluar desa, dari ruang diskusi, keruang seminar dan lokakarya bersama Prof Dr Bungaran Saragih dan Dr Ir. Bayu Krisnamurti di awal tahu sembilan puluhan. Sekarang pasar lelang karet telah berkembang di Provinsi Jambi, dan berbagai sentra karet di luar Provinsi Jambi.

Saya dikejutkan oleh Sdr Fikri yang memecah lamunan saya, “mengapa bapak melamun”, “saya teringat keluarga petani di desa yang belum ada pasar lelang, yang masih menerima harga yang kurang layak, mutu bokarnya masih buruk, dan suatu saat saya akan dapat melihat pasar lelang di Desa Lubuk Landai tersebut” jawab saya tergagap.

Kalau saya tidak salah, Pasar Lelang Lubuk Landai itu merupakan pasar lelang ke lima di Provinsi Jambi, tersebut yang pernah saya kunjungi belasan tahun yang lalu untuk mempersiapkan berdirinya pasar lelang tersebut, Fikri-Man tidak tahu itu, anak saya senyum-senyum mendengar saya seperti orang yang tidak tahu pasar lelang karet menanyai Fikri. Saat ini pasar lelang karet di Provinsi Jambi ada sekitar 20 unit atau di 20 desa. (Dasril Daniel, Jambi, 30 Mei 2009).

Senin, 25 Mei 2009

PERMINTAAN KARET KOMPON

Saya, atau INFO KARET ALAM INDONESIA, mendapat sebua e-mail dari sdr Ir. Muhammad Rizal , yang bunyinya sebagai berikut:

Dengan hormat,

Pa' Dasril, setelah membaca ulasan bapak mengenai karet alam indonesia. Saya bermaksud untuk mencari informasi dimana penghasil karet yang sudah berupa kompon untuk dijual. Mungkin bapak mempunyai informasi dimana penjualnya? adapun karet kompon tersebut akan digunakan untuk pabrik ban.

Demikian pertanyaan saya, terima kasih atas perhatian Bapak

Hormat Saya,

Ir. Muhammad Rizal

Kalau ada diantara pembaca yang mempunyai informasi, dapat menghubungi Sdr Muhammad Rizal melalui e-mail rizal18@cbn.net.id
Terima kasih

Selasa, 05 Mei 2009

KARET ALAM

Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet. Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet manjadi kaku di musim hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti yang pernah dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara melarutkan karet alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam karbon untuk menghasilkan karet keras yang tahan air

Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000.

Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk Kristal padat dan juga tidak berbentuk cairan.

Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada sifat karet yang lembut, fleksibel dan elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan dengan kekentalan yang sangat tinggi.Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai kulit binatang sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar menjadi lebih pendek.

Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain ditambahkan.

Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat.

Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah menggulung pada roll sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan.

Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh karet sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol karet yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung.

Vulkanisasi karet alam sangat baik dalam hal-hal berikut:
• Kepegasan pantul
Hal ini menyebabkan timbulnya kalor (heat build up) rendah, yang sangat diperlukan oleh barang jadi karet yang akan mengalami hentakan berulang-ulang.
Sifat inilah yang menyebabkan karet alam selalu dipakai dalam pembuatan ban truk dan kapal terbang yang sulit disaingi oleh karet sintetik.
• Tegangan putus
• Ketahanan sobek dan kikis
• Fleksibilitas pada suhu rendah
• Daya lengket ke fabric atau logam

Sol sepatu sangat memerlukan sifat-sifat tersebut di atas, karena itu karet alam adalah pilihan sangat tepat. Secara umum sol sepatu membutuhkan kekuatan, ketahanan kikis, dan ketahanan sobek yang tinggi. Vulkanisat karet alam kuat dan tahan lama bahkan dapat digunakan pada suhu -60°F. Karet alam bisa dibuat menjadi karet yang agak kaku tetapi masih mempunyai fleksibilitas dan ketahanan kikis, ketahanan retak lentur serta kekuatan tinggi. Hal ini menguntungkan dalam pembuatan sol sepatu karena sol sepatu bisa dibuat tipis (seperti sol luar sepatu olahraga), sambil tetap menjaga agar tidak merasakan batu sewaktu berjalan.

Untuk menurunkan ongkos produksi, selain karet alam, kompon sol berwarna hitam bisa ditambah dengan karet reclaim dan bekas vulkanisat yang tidak terpakai yang banyak terdapat di pabrik. Untuk kompon putih, yang dipakai haruslah karet reclaim putih dan bekas vulkanisat putih juga.

Kekakuan vulkanisat dapat ditingkatkan dengan penambahan resin dengan kadar styrene yang tinggi dan diperhitungkan sebagai jumlah karet. Perlu diingat utnuk keperluan eksport hendaklah kompon yang baik, yaitu yang mengandung bahan-bahan yang baik pula yang dipakai.
Walapupun kalor yang timbul dari karet alam lebih rendah dari karet sintetik seperti SBR, tetapi karet alam agak kurang tahan terhadap panas dibanding SBR. Karet alam tidak tahan ozon dan cahaya matahari. Ketahanan terhadap minyak dan pelarut hydrocarbon sangat buruk.

Kandungan Alami Karet Mentah
Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.

Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga meningkatkan ketahanan sobek.

Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi keras. Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam bisa mengkristal pada suhu rendah (misalkan -26°C) dan bila ini terjadi, diperlukan pemanasan karet sebelum diolah pabrik barang jadi karet.

Sumber: http://industrikaret.wordpress.com/2008/05/12/hello-world/

Harga Ekspor Karet Mulai Membaik

Palembang, Kompas - Harga karet kualitas ekspor di Palembang, Senin (4/5), mengalami kenaikan dari Rp 15.020 per kg menjadi Rp 15.181 per kg. Kenaikan ini berlangsung terus sejak beberapa pekan terakhir.

Data Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Selatan di Palembang menunjukkan, dalam beberapa hari terakhir harga karet kualitas ekspor jenis SIR 20 di pasaran internasional mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya.

Beberapa pedagang pengumpul ketika ditemui sebelum transaksi di kawasan pabrik pengolahan karet kawasan Kertapati, Palembang, mengatakan, harga jual karet kualitas ekspor dalam sebulan terakhir memang sudah ada kenaikan, kemudian turun lagi dan seterusnya atau masih fluktuatif.

Harga karet kualitas ekspor mulai ada kenaikan sehingga ada pengaruhnya terhadap harga di tingkat petani yang juga ikut mengalami kenaikan.

”Harga karet di tingkat petani sekarang ini kisaran Rp 6.500 per kg atau mengalami kenaikan dibandingkan bulan lalu yang hanya Rp 5.500 per kg,” kata Muskar, pedagang pengumpul.
Menurut dia, harga karet di tingkat petani sekarang ini mulai membaik, tetapi masih jauh dari harga normal seperti pada tahun 2007.

Karena itu, dia berharap harga karet tersebut beberapa hari mendatang akan terus mengalami kenaikan. Dengan demikian, para petani yang sebagian besar hanya mengandalkan dari hasil salah satu komoditas andalan Sumsel tersebut tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Data Dinas Perkebunan Sumsel menunjukkan, luas areal perkebunan karet di provinsi tersebut hampir 1 juta hektar, tersebar di beberapa daerah penghasil, seperti Kabupaten Muara Enim, Musi Banyuasin, Lahat, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, dan Banyuasin.(ANTARA/BOY
Sumber : Kompas 5 Mei 2009

Tanjabtim Butuh Pasar Pelelangan Karet

MUARASABAK- Kabupaten Tanjung Jabung Timur akan membangun pasar lelang karet di beberapa desa, diharapkan para petani tidak lagi menjual karet kepada tengkulak dengan harga yang sangat rendah.

‘’Selama ini mereka menjual dengan para tengkulak yang datang ke temat mereka dengan harga yang jauh lebih murah,’’ kata Kepala Dinas Kehutanan Tanjab Timur, Erwin

Menurut Erwin, pihaknya akan bekerjasama dengan Deperindag untuk membangun pasar lelang karet di daerah-daerah sentra penghasil karet di Kabupaten Tanjabtim.

Saat ini, harga karet cukup berfariasi yang berkisar dari Rp. 6000 hingga Rp.7000. padahal sebelumnya harga karet bisa mencapai Rp.15 ribu. (Infojambi.com/Ven/Tam)