Kamis, 12 Februari 2009

Perbedaan dan Perubahan Harga Karet

Bila diperhatikan harga bahan olah keret (bokar), antara pembelian pabrik crumb rubber dengan harga jual petani sangat besar, kadang kala harga jual petani hanya 30 persen dari harga pembelian pabrik, bagi orang yang tidak mengerti bagai mana kedaan karet akan terkejut, seolah-olah pedagang mengambil untuk yang luar bisa besar, sebenarnya tidak juga demikian.

Harga pembelian pabrik biasanya dihitung atau disebutkan (patokan) dengan harga 100 persen KKK (kadar karet kering), diperhitungkan komponen karet seluruhnya, tidak ada air dan kotoran, bila bokar tersebut kadar airnya 25 persen kadar kotorannya 10 persen, maka harga riil karet tersebut 65 persen dari harga patokan tersebut, dengan asumsi kalau karet itu dibekukan dengan asam semut, tidak tercampur pasir halus, kalau karet itu dibekukan tidak dengan asam semut (cuka getah) dan tercampur pasir halus, harganya akan lebih rendah lagi.

Harga jual petani, biasanya tidak merujuk pada 100 persen KKK, dan kadar air di petani bisa sangat tinggi sampai lebih 40 persen. Jadi pedagang pengumpul di desa memperhitungkan itu.

Pada kondisi transportasi lancar, wajarnya dari petani dijual kepada pedagang pengumpul, dan pedagang pengumpul langsung mejual kepada pabrik crumb rubber. Maka pedagang akan memperhitungkan dalam ongkos, adalah ongkos transpor, bongkar muat, segala pungutan baik yang resmi, maupun yang tidak resmi, penyusutan (karena dalam penumpukan dan pengangkutan kadar air berkurang, ditambah margin keuntungan.

Pabrik crumb rubber, mengambil patokan harga pembelian pada harga bursa Singapura (Singapore Comodity Exhange, dikurangi biaya prosesing, biaya transpor ke pelabuhan, pajak dan pungutan, serta keuntungan, namun parameter lain yang dipertimbangkan adalah besarnya suplai dari petani, besarnya permintaan, lamanya kontrak akan jatuh tempo dan lain sebagainya. Bila suatu pabrik yang kontraknya akan segera jatuh tempo, stok barang jadi belum cukup, ia akan membeli jauh diatas harga normal, kadangkala untuk segera mengolah, ia membeli seolah-olah tidak akan untung.

Produksi karet sepanjang tahun tidaklah sama, pada musim hujan petani tidak bisa menyadap, suplai berkurang, waktu musim rontok daun, produksi lateks berkurang, kalau permintaanya datar harga akan naik. Waktu bulan puasa dan lebaran, petani muslim butuh uang, mereka menyadap tiap hari, suplai bertambah, harga turun. Menjelang tahun baru juga biasanya suplai bertambah harga akan turun.

Dari sisi demand juga berfluktuatif, ada suatu negara mengumpulkan iron stoknya harga naik, bila melepas cadangan untuk diganti harga turun. Minyak bumi naik, harga karet akan naik, kalau pendapatan masyarakat dunia tidak terganggu dan berbagai faktor yang mempengaruhi harga.

Krisis ekonomi global dewasa ini, waktu harga minyak bumi melambung tinggi dan begiti pula BBM, harga karet malah turun, hal ini dapat dijelasakan, Harga BBM yang sangat tinggi, menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap ban pengganti, dan BBM yang tinggi biaya produksi mobil menjadi tinggi, harga tidak terjangkau dan kurangya minat masyarakat membeli mobil baru, satu mobil baru membutuhkan ban baru limah buah. Sehingga berkuranya permintaan terhadap ban. Produksi mobil, mempengaruhi kebutuhan karet alam karena lebih kurang 80 persen karet alam digunakan untuk pembutan ban.

Oleh sebab banyaknya paramerter yang mempengaruhi harga karet, maka harga karet tersebut berfluktuatif terus, kadangkala mendadak, reaksi yang terjadi diluar dugaan, seperti bola keret liar.
(Dasril Daniel, Jambi, 12/02/09)

Tidak ada komentar: