Kamis, 12 Februari 2009

Pabrik Tekan Harga Karet Petani

Pabrik Tekan Harga Karet Petani, Di Labuhan Batu Rp 1.500/Kg
Medan Bisnis Online 10-02-2009
*herman saleh/ant
MedanBisnis – Medan
Petani karet di Sumatera Utara (Sumut) mulai mengeluhkan sikap pabrikan. Pasalnya, sejak sebulan terakhir banyak pabrik yang menekan harga karet maupun getah dari petani. Alasannya, pabrik tersebut masih memiliki stok bahan olah karet (bokar) yang belum sempat diolah karena krisis yang melanda negara tujuan ekspor.
“Yang saya dengar pabrik kesulitan produksi karena ekspor melambat. Bahkan beberapa pabrik mengaku mengurangi produksi dan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK),” kata Kamil Hasibuan, seorang petani karet di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel).
Katanya, kondisi tersebut semakin menyulitkan petani, karena berdampak pada penurunan harga karet. Dia mengatakan akhir tahun 2008 harga getah masih di atas Rp 13.000 per kilogram, tetapi sebulan terakhir anjlok hingga Rp 3.000-4.000 per kilogram.
“Melihat keadaan yang begitu, tidak tertutup ada spekulan yang bermain. Spekulan tersebut, bisa di tingkat pedagang maupun eksportir,” ujar Kamil menduga penyebab harga yang terus anjlok.
Hal senada juga dikatakan Amri Hasibuan, petani karet di Kabupaten Labuhan Batu. “Akhir-akhir ini memang banyak pedagang pengumpul yang mengurangi pembelian, tetapi saya tidak tahu penyebabnya,” kata Amri. Dia mengatakan, harga getah karet di tempatnya jauh lebih murah, yakni Rp 1.500 per kilogram.
Meski demikian, lanjutnya, dirinya dan petani karet lainnya memilih tetap menjual meskipun harga yang ditetapkan sudah sangat rendah. Alasannya, penduduk yang berprofesi sebagai petani karet tidak mempunyai penghasilan lain selain dari karet.
“Kalau boleh adalah perhatian pemerintah, seperti halnya petani kelapasawit. Jika tidak, petani karet akan semakin kesulitan,” harapnya. Dia menambahkan dalam satu hari dia menjual 20-25 kilogram getah kepada pedagang pengumpul. Dia mengaku belum pernah menjual langsung getahnya ke pabrik.
Bahkan petani yang merupakan penyokong ekspor salah satu komoditas unggulan Sumut ini terpaksa berutang untuk menutupi biaya produksi dan kebutuhan sehari-hari. “Kalau ini terus berlanjut, gawatlah petani. Sekarang saja, banyak petani yang terpaksa utang sana-sini untuk makan dan biaya sekolah anak,” kata K Siregar, petani lainnya di Kabupaten Labuhan Batu.
Ketika dikonfirmasi, Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Eddy Iwansyah mengaku kaget dengan alasan pabrik tersebut. “Memang, beberapa pekan lalu, sejumlah pabrikan menghentikan sementara pembelian bahan baku karena stok perusahaan menumpuk. Hal ini dikarenakan, adanya permintaan penundaan pengiriman dari pembeli luar negeri,” ujarnya. Tetapi, kata dia, kondisi itu sekarang sudah mulai pulih dan pabrikan sudah membeli lagi.
Dijelaskannya, akibat krisis global, yang berdampak pada keuangan yang sulit, importir meminta eksportir karet Sumut menunda pengiriman karet yang kontraknya sudah ditandatangani sebelumnya. Dia menyebutkan, harga bokar masih tertekan, tetapi masih berada di kisaran Rp11.000 per kilogram.
“Harga bokar yang turun itu mengikuti harga ekspor yang cenderung turun lagi atau hanya US$ per kilogram pada tanggal 6 Februari, dari yang sebelumnya sempat naik US$ 1,4 per kilogram pada pekan ketiga Januari lalu,” katanya.
Sumber: http://www.medanbisnisonline.com/2009/02/10/pabrik-tekan-harga-karet-petanidi-labuhan-batu-rp-1500kg/

Tidak ada komentar: