Rabu, 18 Maret 2009

Ubah Pola Pikir Petani Karet

JAKARTA: Pola pikir petani karet harus diubah dari petani produsen menjadi pemasok, sehingga dapat mengendalikan harga komoditas itu di pasar internasional.

"Selama ini, pola pikir petani karet adalah petani produsen dan tidak ada upaya untuk mengubah menjadi pemasok," ujar Sekjen Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) Djoko Said Damardjati kepada Bisnis kemarin.

Menjadi produsen, katanya, membuat posisi tawar petani dengan konsumen sangat lemah. "Ini yang membuat harga jual karet petani kerap turun," ujarnya.

Menurut dia, hal tersebut tidak akan terjadi jika petani menjadi petani pemasok, dan berkumpul menjadi satu."Dengan demikian, pembeli tidak menjadi penentu harga," ujarnya.
Untuk mengubah hal itu, kata Djoko, pemerintah harus melakukan dua hal. Pertama, meningkatkan pendidikan dan pengetahuan petani agar mampu bernegosiasi. Kedua, meningkatkan kemampuan manajerial dan organisasi, sehingga petani dapat meningkatkan kekuatan bisnis dan menaikkan posisi tawar.

Lebih lanjut dia mengatakan pemerintah perlu memperkuat kelompok petani karet, baik masalah teknis maupun pemasaran, daya tawar, dan menjaga kualitas.

"Terbentuknya gabungan kelompok tani [Gapoktan] salah satu langkah yang baik dan bisa diarahkan sebagai kelompok ekonomi petani," ujarnya.

Djoko juga menginformasikan harga karet saat ini berada di kisaran US$1,4/kg untuk jenis TSR-20. Harga ini lebih rendah dibandingkan dengan harga Juni-Juli 2008 yang mencapai US$3.4/kg, harga tertinggi selama 50 tahun.

"Penurunan harga komoditas karet tidak terlepas dari anjloknya permintaan karet oleh industri ban," ujarnya.
Selama ini konsumen terbesar karet adalah industri ban yang mencapai 70%. Namun, saat ini permintaan turun mengingat terjadinya krisis ekonomi global yang juga menghantam industri otomotif.

"Perkiraan para ahli, harga karet di pasar internasional sepanjang 2009 masih akan tertekan," katanya.

Djoko memaparkan fluktuasi harga karet relatif tinggi antartahun. Pada 2005, harga karet mencapai US$1.68/kg, pada 2008 sebesar US$3.4/kg dan Februari 2009 hanya US$1.4/kg.
Oleh Diena Lestari, Bisnis Indonesia
Sumber: Bisnis Indonesia, 18 Maret 2009.

Tidak ada komentar: