Selasa, 10 Maret 2009

Potensi Pasar Karet Masih Besar

Dorong industri berbasis sumber daya alam

JAKARTA: Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC) mengusulkan agar Indonesia memanfaatkan potensi pasar karet di Tanah Air yang lumayan besar untuk menyiasati lesunya pasar ekspor.

"Pemerintah perlu mendorong pemanfaatan pasar dalam negeri untuk mencari celah di tengah lesunya ekspor karet alam di pasar dunia akibat krisis ekonomi global," kata Sekjen ANRPC Djoko Said Damardjati saat dihubungi Bisnis, kemarin.

"Pasar karet di Indonesia, produsen karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand, sangat potensial," tuturnya yang tengah berada di Kuala Lumpur, Malaysia.

Menurut dia, jika pemerintah dapat mendorong konsumsi di dalam negeri untuk produk lokal berbasis karet, maka industri dalam negeri akan tumbuh.

Djoko mencontohkan kebutuhan bahan baku karet untuk diproduksi sebagai ban kendaraan bermotor sangat besar. Selain itu, pengembangan industri nonban yang tetap menggunakan karet sebagai bahan baku juga masih besar a.l. pembuatan kasur (matras), alas sepatu, isolasi listrik, dan sarung tangan karet.

Dorong industri
Djoko menilai saat ini langkah yang mendesak untuk dilakukan adalah munculnya kebijakan yang mendorong industri berbasis sumber daya alam domestik. Caranya dengan pemberian insentif, fasilitas dan regulasi jangka panjang yang memberi ruang kepada industri pengolahan produk pertanian. Termasuk untuk masuk ke pasar dunia.

"Sangat disayangkan industri karet di Indonesia saat ini belum masuk lingkaran kelas dunia. Padahal, Indonesia merupakan produsen besar kedua setelah Thailand," keluhnya.

Dia menyatakan strategi kebijakan pengembangan industri karet sudah berhasil dilakukan di Malaysia. Pemerintah Malaysia selama ini berupaya mendorong pertumbuhan industri sarung tangan karet dan produk turunannya.

"Waktu saya berjumpa dengan pengusaha sarung tangan Malaysia, mereka mengatakan pengaruh resesi ekonomi dunia terhadap industri ini sangat kecil. Masalah harga dan jumlah permintaannya tidak berpengaruh karena pasarnya sangat spesifik seperti rumah sakit," paparnya.

Terkait dengan kondisi karet alam di Indonesia, Djoko menegaskan, peluang pasar di dalam negeri sangat besar. "Yang penting, pemerintah fokus dalam mengambil keputusan. Terutama dalam pengembangan industri karet alam di Tanah Air," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Djoko menyatakan, akibat krisis global hingga 2010 diprediksikan permintaan karet di pasar Amerika Serikat tidak bertambah dan justru stagnan."Hal itu mengakibatkan penurunan harga komoditas ini," ujarnya.

Sebelumnya, Indonesia dan Malaysia melakukan pembahasan dan langkah bersama untuk memperkuat harga komoditas, terutama minyak sawit dan karet dengan mengelola stok di pasar serta menurunkan pasokan dengan program peremajaan tanaman.

Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Peter Chin Fah Kui melakukan pertemuan bilateral di sela-sela acara pertemuan tingkat menteri negara-negara berkembang (D8) mengenai keamanan pangan di Kuala Lumpur, Malaysia bulan lalu.

Kedua negara melakukan langkah bersama guna memperkuat harga minyak kelapa sawit dan karet yang terkena krisis ekonomi global karena kedua negara ini menguasai 85% produksi minyak sawit dunia dan 40% produksi karet alam dunia.

Anton Apriyantono dan Peter Chin sepakat mengambil langkah bersama terhadap komoditas kepala sawit dan karet alam.

Kedua negara kini melakukan langkah bersama untuk mempercepat program peremajaan tanaman karet yang bertujuan mengelola pasokan karet alam.

Malaysia telah merevisi target peremajaan pohon karet dari 32.000 ha menjadi 50.000 ha pada 2009. Indonesia mentargetkan program peremajaan 55.000 ha pada 2009. Langkah kedua negara ini diperkirakan menurunkan produksi 115.000 ton termasuk 60.000 ton dari Malaysia dan 55.000 ton dari Indonesia. (diena. lestari@bisnis.co.id/martin.sihombing@ bisnis.co.id)

Oleh Diena Lestari & Martin Sihombing
Bisnis Indonesia
Sumber: http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A29&cdate=11-MAR-2009&inw_id=661182

Tidak ada komentar: